Pengalaman Pertama Menjadi Kolektor dan Pecinta Barbie

by - Kamis, Desember 10, 2020

My First Impression to Barbie Doll

Barbie adalah salah satu boneka istimewa bagi sebagian besar anak-anak perempuan. Setiap dari kami (para pecinta Barbie) biasanya akan sangat senang ketika membahas mengenai awal mula suka Barbie. Nah kali ini, saya akan menceritakan kisah awal saya tertarik dengan dunia Barbie.

Tahun 1996 adalah awal mula saya suka dengan Barbie, namun Barbie yang saya beli bukanlah Barbie asli melainkan Barbie palsu yang bahannya dari plastik tipis dan mudah penyok. Meski begitu, saya sangat senang sekali. Saya bahkan tidak tahu harga pasaran barbie umumnya karna saat itu saya masih kecil. 

Awal mula punya Barbie Palsu yang dibungkus plastik

Selang beberapa lama, ibu saya mengajak saya pergi ke Mall untuk beli busana lebaran. Saya melewati gerai khusus Barbie dalam Mall tersebut. Sontak saya menarik tangan ibu saya agar bisa melihat boneka Barbie walau hanya sebentar saja. Ibu saya pun mengikuti langkah kaki saya. Sambil dilihati petugas toko, saya asyik menikmati hanya dengan melihat-lihat Barbie dalam keadaan in Box.

Saya berharap, kelak saya memiliki boneka Barbie dalam jumlah yang sangat banyak. Ibu saya saat itu belum mampu untuk beli Barbie dengan harga mahal karna selain adanya krisis moneter tahun 1998, keluarga saya belum menjadi keluarga yang berada seperti saat ini. Keterbatasan finansial menjadi faktor utama.

Ada sisi lain mengapa saya suka dengan Barbie, selain figurnya menyerupai wanita yang cantik juga pakaiannya sangat modis. Dengan beragam karakter wanita feminin, semakin membangkitkan saya untuk mencintai dunia Barbie. Lalu, ada yang tak kalah kerennya, beberapa jenis Barbie juga ada yang memiliki beragam furniture, seperti rumah Barbie, kendaraan, sampai accecories maupun make overnya. Semua lengkap yang diberikan Barbie untuk mainan anak-anak.

Beranjak usia 6 tahun, sewaktu saya SD, semua teman-teman saya menjuluki saya dengan nama panggilan “Barbie” karna tiap kali ngobrol atau sekedar cerita sama saya, pasti tidak jauh-jauh dari pembahasan Barbie. Kadang saya juga menyelipkan cerita kisah Disney Princess. Beberapa kali saya menggunakan atribut sekolah seperti tas, buku, alat tulis, bahkan sendok, garpu, tempat minum dan makan selalu dengan gambar Barbie. Senang menonjolkan warna pink di setiap situasi. Juga postur tubuh saya saat masih kecil terbilang paling tinggi di kelas, dengan badan kurus mungil, juga wajah yang cantik. 

Pernah satu ketika, saya bermain ke rumah teman SD saya bernama Nina Zalikha, lokasinya tak jauh dari sekolah. Hanya menyebrang saja dari sekolah ke rumahnya. Saya dengan beberapa teman saya yang jumlahnya lumayan banyak datang bersama. Setiba dirumahnya, saya lihat ada beberapa Barbie yang bertengger rapih di kamarnya. Selain itu, ada rumah Barbie otomatis dengan memencet tombol saja. Betapa girang bukan main yang saya rasakan.

Di lain waktu, ibu dan Ayah saya sering mengajak saya berkunjung ke rumah teman dekat orangtua saya. Lokasinya juga tak jauh dari rumah. Bertempat di Villa Bintaro Regency. Saya akrab sekali dengan anak dari teman ibu dan bapak saya. Mereka ialah Katty (Anak paling kecil), Kevin (Anak ketiga), dan Kenan (Anak kedua). sedangkan anak pertama tinggal diluar negeri, yakni Keisya.

Kami sering bermain bersama. Saya ingat betul sekali waktu saya berkunjung yang entah berapa puluh kalinya, saya melihat Katty dibelikan ibunya, seorang Pramugari Garuda Indonesia itu Barbie Clara as Nutracker. Saya melihatnya dengan penuh ceria. Boneka itu bisa berputar tepat ditengah-tengah alas berupa lingkaran. Kakinya yang didesain sebagai penari ballet juga busana pinknya. Sejak saat itu, saya makin suka dengan dunia Barbie. Mereka sangat cantik dan anggun dengan beragam karakter. 

Barbie Nutracker "Clara"

Sepulang dari rumah Katty, saya meminta ibu saya agar beliau membelikan Barbie Clara. Namun ibu saya tidak mengabulkan apa yang saya minta. Berkali-kali ke Mall yang saya cari adalah boneka Clara, saat itu harganya terbilang cukup tinggi. Ibu saya pun masih tetap tidak membelikan boneka tersebut. Ada rasa kecewa dan kesal karna tak sanggup membeli Barbie dan tidak dibelikan Barbie, walhasil saya memintabelikan tempat makan Barbie, tempat minum Barbie, dan tas Barbie yang jika ditotal-total harganya tidak melebihi boneka Clara saat itu.

Di lain waktu, ibu dan ayah saya kembali mengunjungi rumahnya teman mereka. Lagi-lagi saya bermain dengan Kenan dan Kevin. Selang beberapa menit Katty hadir dan teriak “Lihat aku, aku punya apa ka Ines…” (dengan suara cerianya), begitu ku tengok, rupanya dia memegang boneka My Scene Chelsea. Kali ini busana yang dipakai bergaya khas ala Amerika modern. Saya yang melihatnya ini boneka yang sangat keren. Saya pun bermain bersama Katty sampai jam 10 malam. Ketika kami sekeluarga pulang, saya meminta ibu saya untuk membelikan Barbie My Scene (Efek masa kecil yang belum tau identitas diri sehingga masih gemar ikut-ikutan apa yang orang miliki).

Barbie Myscene Chelsea

Akhirnya tepat di tahun 1999 saat saya SD, ibu saya membelikan saya boneka Barbie Mattel pertama. Jujur saya lupa edisi apa saat itu. Yang saya tau, dia mengenakan busana gaun merah maroon, dengan wajah mackie yang cantik, rambut blonde pendek bob agak mengembang. Sayangnya begitu saya dapat Barbie tersebut, langsung saya mainkan. Memang dasar bocah, baru seminggu Barbie yang saya punya hanya menyisakan kepala dan badan tanpa tangan dan kaki. Rambutnya pun saya botakin. Begitu ibu saya tau apa yang saya lakukan, ibu saya marah besar karna itu bukanlah barbie murah yang bisa saya copot tangan kakinya dengan leluasa. Hukumannya, saya tidak dibelikan boneka Barbie lagi. Saya menganggap jadi bahan percobaan, rupanya memang jauh berbeda, antara Barbie di pasar dengan Barbie beli di Mall. 

Proyeksi Barbie Mackie (Gambar hanya sebagai contoh saja)

Ulang tahun saya yang ke-10 memberikan banyak kebahagiaan. Salah satunya saya dibelikan Barbie oleh tante saya, tante Itta. Meski bukan Barbie asli mattel namun wujud dan bahannya agak menyerupai mattel. Dengan Bodynya karet, beserta wajah Barbie vintage. Busana kodok berwarna biru dengan atasan kaos putih polos. Plus sepatu olahraga berwarna putih biru. Barbie yang pada saat itu sangat saya cintai. Saya menamainya Kattie, karna memang dari box namanya Barbie Kattie. 

Barbie Kattie

Dua tahun kemudian atau tahun 2002, ibu saya membelikan saya boneka Barbie palsu. Ia merupakan sepasang anak dan ibu sambil memegang anjing Dallmantionnya. Ukuran kotak yang besar, berisikan sepasang Barbie berbusana Navy dan rok ungu. Terdapat list motif anjing Dallmantion, dua boneka anjing Dallmantion besar seukuran setengah tinggi Barbie dewasa. Sisir dan cermin juga terdapat dalam kotak. Saya segera unboxing dan mulai memaikannya sendiri. Keesokan harinya, saya mengajak teman main dirumah saya untuk bermain bersama. Mereka nampak happy dengan permainan baru saya. Meski mereka tidak tertarik untuk membeli Barbie.

Barbie Dallmantion

Memasuki tahun 2003, Barbie Swan Lake mulai tayang perdana di Indonesia kategori film Barbie. Saya yang menonton saat itu, tertarik untuk membelinya. For your information, saya juga sudah menonton film Clara as Nutracker dan film Rapunzel di tahun sebelumnya. Meski belum cukup untuk membeli segala jenis Barbie Movie, setidaknya saya menikmati dan tahu film-film Barbie dari tahun pertama mereka debut Nutracker (2001) sampai saat ini Barbie Adventure (2020).

Barbie Odette, Clara, & Rapunzel

Lama tak berkunjung ke Mall Karawaci, tiba-tiba ibu saya mengajak saya untuk ikut pergi kesana. Tak lupa, saya selalu menyempatkan hadir ke toko Barbie. Setiba didalam gerai, saya lihat beragam jenis Barbie Movie Swan Lake sangatlah lengkap. Mulai Odette, ibu perinya, pangeran, keluarga, istana, kereta kuda, sampai unyil-unyil yang lucu itu ikut dijual. Buat saya itu adalah surga. Barbie playline juga saat itu kualitasnya masih sangat bagus. Ingin sekali memiliki Barbie dalam jumlah banyak, pikir saya. Saya melihat Barbie Odette memandanginya agak lama, melihat dan memegang kotaknya. Lalu ibu saya bertanya, “Harga berapa kak?” sontak saya bilang, harganya 450.000 awal-awal. Ibu saya bilang, untuk menahan dulu beli Barbie. Saya sangat ingin memilikinya. Pulang dari Mall, saya nangis sepanjang perjalanan sembari naik mobil sekeluarga dan adik saya disamping saya. Ibu dan ayah saya berjanji untuk membelikan Barbie.

Barbie Swan Lake

Tahun 2004, zamannya tahun Barbie Princess and the Pauper, the most my Favorite Barbie Movie Ever. Sekali lagi, dalam dunia Per Barbiean saya tidak pernah ketinggalan untuk nonton filmnya. Bahkan jalan ceritanya pun masih saya ingat betul meski tak semua karakternya saya hafal. Saya menyukai Barbie Anneliese dan Erika karna film Barbie Musikal pertama. Dengan skenario alur cerita yang cantik, lagu-lagu klasik yang khas, juga koregrafi dengan latar yang indah berpadu dengan cantiknya gaun Anneliese dan Erika. Berawal dari film Princess and the Pauper inilah melahirkan beragam film Barbie musikal turunan lainnya.

Barbie Movie Princess and the Pauper

Saya mendatangi sebuah Mall besar, dan mencari Barbie Anneliese dan Erika. Tak lama, saya menemui mereka. Kali ini toko Barbie penuh dengan koleksi Princess and the Pauper setelah tahun kemarin menayangkan koleksi Barbie Swan Lake. Begitu saya melihat Anneliese, saya langsung jatuh cinta. Barbie itu didesain sangat indah. Andaikan waktu bisa diputar kembali, pasti saya akan segera beli sepasang Boneka Barbie kembar itu. Yang kesekian kalinya, saya mengubur impian saya mendapatkan kedua boneka itu.

Barbie as Princess and the Pauper Doll

Tiga tahun berlalu, saya hanya memiliki koleksi boneka palsu sepasang Dallmantion juga Barbie Kattie. Hingga tiba, saat ibu saya berada dipuncak karirnya, ia memberikan saya kejutan waktu tengah malam. Saya yang saat itu sedang sakit sehingga tidak masuk sekolah beberapa hari. Diam-diam ibu saya membelikan dompet Barbie dan diletakkan samping bantal saya. Hari berikutnya, saya dibelikan boneka Jenny Takara asli jepang. Saya kaget sekaligus senang bukan main. Ibu saya begitu happy dan menganjurkan saya untuk tidak memainkannya secara asal-asalan karna harga boneka itu sangat mahal. Saya pun menghargai permintaan ibu saya.

Boneka Jenny Takara Japan

Barbie Jenny itu memakai busana renang hitam dan rambut pendek sebahu agak mengembang. Dia juga memiliki cincin dan anting berbahan karet. Terdapat giftset busana pesta dengan atasan busana bulu putih dan bermanik, lalu roknya berwarna abu-abu mengkilat. Sepatu yang dimiliki Jenny yaitu high heels hitam berbahan karet. Sangat elastis pas sesuai dengan body yang seluruhnya berbahan karet dan dapat ditekuk.

Masih belum bisa move on dari Barbie Movie, ibuku memberikan hadiah ulang tahunku yang entah ke berapa belas tahun dengan hadiah 2 Barbie NRFB dengan masing-masing kota terpisah. Ibuku beli di Mall. Yang satu seri Teresa Movie Star, yang satunya lagi Barbie Hair Magic dengan panjang rambut sampai semata kaki. Saking panjangnya, rambut Barbie Hair Magic itu, ku pangkas sampai sebetis saja.

Barbie Teresa Movie Star


Barbie Hair Magic

Sedih rasanya ketika punya harapan membeli Barbie namun terulang lagi dan lagi untuk menguburkannya. Akhirnya sejak saat itu, saya tidak pernah lagi berkeinginan keras untuk mendapatkan Barbie, karna saya tau ibu dan bapak saya takkan membelikan saya boneka. 9 tahun lamanya (SMP, SMA, Kuliah) saya stop berbelanja barbie. Saya hanya berfikir saat itu “Lebih baik gue yang jadi Barbienya aja. Gue beli segala perabotan pink, baju pink apapun serba pink biar terlihat Barbie Real Human.” saya belajar make up sewaktu kuliah semester 3, lalu belajar memperbaiki penampilan segala hal. Bahkan sebelum saya mengubah penampilan, saya memang dikenal dari SD sampai kuliah sebagai “Barbie” dikalangan teman terdekat saya.

Hingga memasuki semester 4, saya kenal dengan seorang senior di kampus saya yang rupanya dia penggila Barbie. Jauh lebih parah daripada saya. Ia bernama lengkap Stella Maris Manoja Diamanta. Merupakan Mahasiswi berprestasi dikampus, kategori cewek paling cantik diangkatan dia dengan wajah oriental, badan yang langsing, dan tinggi semampai. Dari situ, saya banyak kesamaan dengan ka Stella ini. Beberapa kali dia mengajak saya diskusi dengan Barbie. Saat itu tahun 2013, dia sudah mengoleksi 40 lebih barbie. Dengan harga Barbie termurahnya 500 ribu dan paling mahal yaitu 5 juta, yaitu Barbie Medusa alias Dewi Ular yang terkutuk.

Barbie Medusa/ Dewi Ular

Ka Stella mengenalkan saya dengan beragam macam jenis Barbie bahkan dia juga membuat skripsi mengenai Barbie. Hingga ukuran tinggi Barbie yang dikalkulasikan ke tinggi manusia itu benar-benar luar biasa. Dia pun saat sidang skripsi ditempatkan oleh dosen dengan ruangan kelas paling spesial yaitu di Tower Mercu Buana lantai teratas. Beda sekali dengan Mahasiswa lain yang saat itu sidang hanya dikelas dan ruangan kurang bersih dan apik. Karena ka Stella selain populer di jurusan Broadcasting, dia juga anak kesayangan semua dosen. Nasibnya hampir mirip dengan saya sewaktu kuliah. Kecintaannya terhadap dunia News Anchor juga yang membuat fikiran kami menyatu. Sejak kenal ka Stella itulah, saya mulai beli Barbie lagi. Meski masih Barbie KW Mariposa berwarna biru, lalu dilanjuti dengan boneka Frozen, Elsa dan Anna. 

Barbie Mariposa Biru KW

    Hingga puncaknya di tahun 2013, saat menikmati sajian foto-foto barbie dari website mattel. Saya terpukau dengan salah satu boneka yang sangat cantik dan anggun. Ia mengenakan gaun nuansa putih dengan bordir hitam. Rambut pendek dengan poni yang unik. Serta accecoriesnya yang terkesan mahal. Kala itu, saya belum tau bahwa boneka Barbie yang saya lihat adalah Audrey Hepburn. Begitu scroll ke bawah, harga yang tertera senilai 5 juta. Saya lagi-lagi mengurungkan niat. Betapa banyak Barbie yang saya inginkan merupakan Barbie dengan harga yang tinggi namun terpentok dikondisi keuangan. Selain Audrey, saya juga naksir boneka Legolas dan boneka Barbie Lord of the Ring yang sepasang. Tetapi sasaran utama saya dari sekian beragam Barbie yang hadir adalah Audrey Hepburn.

 Barbie Audrey Hepburn Sabrina Gold Label Doll

Dua tahun kemudian, saya mendapat sebuah Quotes yang menarik dan berisikan sisi nilai yang cantik. Lagi-lagi saya tak tau bahwa foto yang saya lihat beserta quotes tersebut milik Audrey Hepburn karna tidak ada tulisannya. Sempat saya posting quotes dan foto Audrey di akun pribadi saya. Rupanya banyak teman-teman saya menaruh respek kepada saya.

Audrey Hepburn Quotes

    Darisitu awal mula saya mencari tau sosok wanita itu, berikut juga dengan Barbie bergaun putih. Bak gayung bersambut, beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2017, saya mulai sadar bahwa ada korelasi antara Barbie yang saya inginkan dengan quotes serta foto wajah yang pernah saya posting merupakan sosok Audrey Hepburn. Saya yang notabenennya tidak pernah nge fans dengan artis manapun baik indonesia maupun luar negeri. Saya hanya suka karyanya tanpa lihat sosoknya. Semenjak saya melihat sosok Audrey, saat itu saya jatuh hati. Rupanya, Audrey Hepburn telah tiada sejak tahun 1993, tepat tahun dimana saya lahir.

Saya berupaya keras mendapatkan Barbie Audrey sebagai Mega Whislist saya satu-satunya. Beragam akun olshop sebagai ebay dan amazonpun saya lacak. Semuanya mengeluarkan harga yang fantastis, range harga kisaran 5-10 juta. Bahkan ada yang berani jual 20 juta (mungkin ini ownernya masih sayang dollnya makanya dikasih harga tinggi dari yang lain).

Akhir tahun 2018, saya baru kenal dunia komunitas Barbie di instagram. Seingat saya, hanya tiga akun olshop yang pernah saya tanyai, yaitu @zoedolls, @tokocherishimut, dan satu lagi saya lupa nama akunnya. Dari situ mulailah saya bergerilya kenal seluk beluk dunia doll. Bahkan ada beberapa anak doll lovers yang aktif komen sana sini. Tak jarang saya menemui nama akun yang sama, dan sering nulis dengan huruf “F”, saya tidak tahu artinya bahwa itu yang dimaksud adalah “Fix” atau ambil/jadi beli. Sempat saya ikut-ikutan meski akhirnya tak dapat barang tersebut.

Saya mulai candu dengan beragam Barbie dan beli Barbie saat itu hanya faktor laper mata, walhasil banyak sekali Barbie yang saya jual sebanyak 80% dari total koleksi saya jual. Saya beli sebagai cara saya menghilangkan sakit hati saya akibat tidak dapat Barbie Audrey Sabrina. Singkat waktu, ditahun 2020 itulah saya mendapatkan Audrey Sabrina dengan perjuangan yang amat sangat panjang. Dengan beragam pengorbanan yang tidak bisa saya ceritakan disini. Dari situlah, saya berjanji tak akan menjual boneka Barbie yang saya miliki. Saya menghargai penuh usaha saya. Whistlist lain yang saya berhasil dapatkan antara lain, Belle, Mini Me, dan Princess Anneliese. Selebihnya, doll tersebut hanyalah sebagai pelengkap. Ketika Barbie murah seperti Anneliese mengalahkan Barbie kolektor yaitu Loubou. Saya tetap menghargai Barbie yang murah, karna dia bisa mengenang masa lalu saya saat saya susah-susahnya mencari Anneliese itu. Sedangkan Loubou, bukanlah whistlist saya, hanya pelengkap saja.    

Mega Whistlist Audrey Hepburn

You May Also Like

0 komentar